Jumat, 17 Juli 2015

NASIB SEBUAH ESAI


“Mohon maaf untuk esaimu penerbit tak berani menerbitkan” kata dosenku. Konon, esai tersebut terlalu kontroversi, dan bla bla bla. Aku tak melawan, aku mengiyakan dan memaklumi meskipun hanya esaiku di kelas yang tidak mampu diterbitkan dalam sebuah antologi. sebenarnya dosenku sudah menawari untuk membuat lagi tapi aku tak mau karena esaiku ini adalah esai pertamaku yang tentunnya tidak lahir tanpa perjuangan. Inilah esaiku yang kumaksudkan dan kupersembahkan untuk siapa saja. akhirnya, selamat membaca:

CINTA IBLIS KEPADA TUHAN
Malaikat dan iblis adalah makhluk Tuhan yang Mahacinta, wajar jika mereka mempunyai cinta kepada Tuhan yang sangat mereka kenal. Sayangnya cara mereka mencintai Tuhan sangat berbeda yang menyebabkan salah satunya diusir dari surga. Malaikat melakukan apapun yang diperintahkan sekalipun sujud kepada selain-Nya, sedang iblis tak mau sujud kepada selain-Nya atas nama cintanya, sekalipun berujung amarah Tuhan.
Malaikat dikenal sebagai ikon kebaikan karena dikisahkan di beberapa cerita sebagai makhluk Tuhan yang paling patuh karena cintanya. Di dalam Alquran dikisahkan bahwa Tuhan meminta pendapat saat misi pembuatan manusia dan seketika para malaikat menyampaikan pendapat mereka dengan jujur sekalipun pendapat negatif. Kemudian mereka diam dan menerima keputusan Tuhan sekalipun dengan alasan yang tidak memuaskan “Aku lebih tahu apa yang tidak kalian tahu”. Dan saat diperintah sujud kepada Adam pun para malaikat langsung bersujud kecuali iblis yang berpegang teguh pada cintanya yang tak mau menduakan Tuhan. Hampir di semua buku sependapat kalau malaikat adalah makhluk Tuhan yang sangat patuh, jadi tak perlu rasanya menjabarkan lebih dalam tentang cinta malaikat kepada Tuhan.
Iblis dikenal sebagai pembangkang dan tidak mau bersujud pada Adam karena kesombongannya, padahal iblis hanya jadi korban atas cintanya sendiri kepada Tuhan. Di dalam buku Iblis Menggugat Tuhan yang diterjemahkan oleh Bima Sudiarto dan Elka Ferani itu menceritakan kalau iblis berkata bahwa sekalipun dia berdosa maka dosanya tak akan mampu melukai hati Tuhan kecuali hatinya sendiri. Di dalam buku tersebut juga tertulis “iblis memotong ceritanya sejenak, menepuk-nepuk dadanya yang besar dan bidang. ‘Nah aku adalah orang yang setia pada kesejatian perintah yang sesungguhnya, bahkan jika harus tampak seolah-olah membangkang’.” (2007, hal 63), yang artinya iblis berpegang teguh pada perintah awal “tauhid” yang mana memerintahkan hanya boleh sujud kepada Tuhan semata dan atas cintanya dia rela diklaim sebagai pembangkang. Juga di sampul belakang tertulis “aku menyembah Allah selama 700 ribu tahun! Tak ada tempat tersisa dilangit dan bumi di mana aku tak menyembah-Nya. Setiap hari aku berkata pada-Nya, ‘Ya Allah, anak keturunan Adam menolak-Mu, namun Engkau tetap bermurah hati dan meninggikan mereka. Tapi aku, yang mencintai dan memuja-Mu dengan pemujaan yang benar, Engkau buat menjadi hina dan buruk rupa.’.” Bahkan Iblis mengatakan kalau memang benar Adam berdosa atas hasutannya, lalu siapa yang menghasutnya untuk berbuat dosa dan sebenarnya dia hanya melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.
Cinta adalah anugerah Tuhan yang Mahakuasa. Malaikat mampu menjadi ikon kebaikan karena cinta dan iblis pun mampu menjadi ikon kejahatan karena cinta. Maka sudah seharusnya kita lebih waspada dengan yang namanya cinta.

Kelebihan kita sebagai manusia yang tidak dimiliki Tuhan adalah sebuah “harapan”. Jika Tuhan punya harapan, maka siapa yang menentukan nasib harapan Tuhan. Di lain semua itu, Tuhan punya “keputusan”. Semua boleh berharap bahkan berdoa dengan memaksa Tuhan, tetapi ingat Tuhan pemilik segala keputusan. Dan selalu Mahaadil atas setiap keputusan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar