“Mohon maaf
untuk esaimu penerbit tak berani menerbitkan” kata dosenku. Konon, esai
tersebut terlalu kontroversi, dan bla bla bla. Aku tak melawan, aku mengiyakan
dan memaklumi meskipun hanya esaiku di kelas yang tidak mampu diterbitkan dalam sebuah antologi. sebenarnya dosenku sudah menawari untuk membuat lagi tapi aku tak mau karena esaiku ini adalah esai pertamaku yang tentunnya tidak lahir tanpa perjuangan. Inilah esaiku yang kumaksudkan dan kupersembahkan untuk siapa saja. akhirnya, selamat membaca:
CINTA IBLIS KEPADA
TUHAN
Malaikat dan iblis adalah makhluk Tuhan yang Mahacinta, wajar jika
mereka mempunyai cinta kepada Tuhan yang sangat mereka kenal. Sayangnya cara
mereka mencintai Tuhan sangat berbeda yang menyebabkan salah satunya diusir
dari surga. Malaikat melakukan apapun yang diperintahkan sekalipun sujud kepada
selain-Nya, sedang iblis tak mau sujud kepada selain-Nya atas nama cintanya,
sekalipun berujung amarah Tuhan.
Malaikat dikenal sebagai ikon kebaikan karena dikisahkan di beberapa cerita
sebagai makhluk Tuhan yang paling patuh karena cintanya. Di dalam Alquran
dikisahkan bahwa Tuhan meminta pendapat saat misi pembuatan manusia dan
seketika para malaikat menyampaikan pendapat mereka dengan jujur sekalipun
pendapat negatif. Kemudian mereka diam dan menerima keputusan Tuhan sekalipun
dengan alasan yang tidak memuaskan “Aku lebih tahu apa yang tidak kalian tahu”.
Dan saat diperintah sujud kepada Adam pun para malaikat langsung bersujud
kecuali iblis yang berpegang teguh pada cintanya yang tak mau menduakan Tuhan.
Hampir di semua buku sependapat kalau malaikat adalah makhluk Tuhan yang sangat
patuh, jadi tak perlu rasanya menjabarkan lebih dalam tentang cinta malaikat
kepada Tuhan.
Iblis dikenal sebagai pembangkang dan tidak mau bersujud pada Adam
karena kesombongannya, padahal iblis hanya jadi korban atas cintanya sendiri
kepada Tuhan. Di dalam buku Iblis
Menggugat Tuhan yang diterjemahkan oleh Bima Sudiarto dan Elka Ferani itu
menceritakan kalau iblis berkata bahwa sekalipun dia berdosa maka dosanya tak
akan mampu melukai hati Tuhan kecuali hatinya sendiri. Di dalam buku tersebut
juga tertulis “iblis memotong ceritanya sejenak, menepuk-nepuk dadanya yang
besar dan bidang. ‘Nah aku adalah orang yang setia pada kesejatian perintah
yang sesungguhnya, bahkan jika harus tampak seolah-olah membangkang’.” (2007,
hal 63), yang artinya iblis berpegang teguh pada perintah awal “tauhid” yang
mana memerintahkan hanya boleh sujud kepada Tuhan semata dan atas cintanya dia
rela diklaim sebagai pembangkang. Juga di sampul belakang tertulis “aku
menyembah Allah selama 700 ribu tahun! Tak ada tempat tersisa dilangit dan bumi
di mana aku tak menyembah-Nya. Setiap hari aku berkata pada-Nya, ‘Ya Allah,
anak keturunan Adam menolak-Mu, namun Engkau tetap bermurah hati dan
meninggikan mereka. Tapi aku, yang mencintai dan memuja-Mu dengan pemujaan yang
benar, Engkau buat menjadi hina dan buruk rupa.’.” Bahkan Iblis mengatakan
kalau memang benar Adam berdosa atas hasutannya, lalu siapa yang menghasutnya
untuk berbuat dosa dan sebenarnya dia hanya melakukan apa yang diperintahkan
Tuhan.
Cinta adalah anugerah Tuhan yang Mahakuasa. Malaikat mampu menjadi ikon
kebaikan karena cinta dan iblis pun mampu menjadi ikon kejahatan karena cinta.
Maka sudah seharusnya kita lebih waspada dengan yang namanya cinta.
Kelebihan kita sebagai manusia
yang tidak dimiliki Tuhan adalah sebuah “harapan”. Jika Tuhan punya harapan,
maka siapa yang menentukan nasib harapan Tuhan. Di lain semua itu, Tuhan punya “keputusan”.
Semua boleh berharap bahkan berdoa dengan memaksa Tuhan, tetapi ingat Tuhan
pemilik segala keputusan. Dan selalu Mahaadil atas setiap keputusan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar