Dulu,
Iblis masih sangat bingung, mengapa dan kenapa percintaannya dengan Tuhan mesti
kacau gara-gara adanya manusia. Kisah perpisahan Iblis dan Tuhan pun sangat
dramatis. Ada pembekalan perang dan restu abadi. Iblis tak pernah sampai hati
apa yang direncanakan Tuhan. Tapi toh ia menerima segalanya dengan gagah. “Baiklah,
kita perang. Aku bersumpah tak ada manusia yang mencintai-Mu lebih dariku
kecuali hanya segelintir. Aku akan menyesatkan mereka” kata Iblis dengan
sedikit kecewa. Tuhan hanya tersenyum sembari memberi restu dan Iblis
benar-benar berlalu.
Setan-setan
yang mendengar pengusiran Iblis segera mengabdikan diri sebagai militan. Mereka
siap berperang melawan manusia meskipun kepastiannya kalah kalau-kalau Tuhan
sedikit saja memihak manusia. “Kami menghamba padamu, kami siap meledakkan hasrat
perangmu” kata pimpinan Setan saat menghadap Iblis yang dulunya pernah
menaklukkan setan-setan saat ia masih berstatus Malaikat.
“Baiklah,
terima kasih sambutan kalian. Kalian boleh menjadi militanku tapi tidak untuk
menyembahku. Bagaimanapun aku hanya diizinkan menjadi panglima perang. Artinya
aku hanyalah seorang Tuan bukan Tuhan. Lagi pula, aku tak berminat menjadi
Tuhan bagi siapapun” jawab Iblis sembari memeluk pimpinan setan. Ritual serah
terima jabatan begitu dramatis dengan air mata yang mengucur seperti mata air.
“Lalu,
apa yang mesti kami lakukan, Tuan. Tolong ajarkan ilmu untuk bekal kami perang”
tanya salah seorang setan. Tiba-tiba semua hening, mengharap banyak kata keluar
dari mulut Iblis. Iblis pun menghela napas untuk mendorong kata-kata dalam
tubuhnya keluar “Baiklah. Di mana pun dan sampai kapan pun, perang hanya
memberi luka. Apa artinya kemenangan sesaat yang dibarengi dengan kematian
siapa-siapa yang kita cinta. Kapanpun kita bisa diserang dan kalah karena
kurang eling lan waspada. Terpenting,
percaya Dia Mahakreatif”.
Sebagian setan membenarkan dan sebagian lainnya tidak setuju. Bagi yang kontra, dalam
peperangan pasti ada yang menjadi korban dan dikenang sebagai pahlawan. Bagi
yang pro, tujuan makhluk hidup hanyalah satu yakni kedamaian. Apa arti
kemenangan jika menyisahkan luka, derita, dan gelisah. Tapi semua itu belum
disampaikan pada Iblis, mereka masih trauma dan takut kisah lama terulang;
Iblis memporakporandakan kerajaan setan hanya dengan satu teriakan. Apalagi,
kini ia direstui abadi.
“Aku
tahu, kalian bimbang. Ada yang menerima pemikiranku dan tidak. Baiklah, agar
adil, begini saja: yang sepemikiran, tetaplah di sini denganku dan akan
kuajarkan semedi cara memasuki diri, nanti kusampaikan semua, dan yang tidak
sepemikiran silahkan menggoda manusia dengan halus, kalian tidak usah menjadi
pelaku perang, cukup adu domba mereka agar saling perang.
Caranya,
kalian pecah mereka menjadi golongan-golongan yang saling memperebutkan
kebenaran. Menyamarlah jadi manusia, berikan mereka doktrin-doktrin kebenaran.
Ajarkan kebaikan, tapi buat mereka fanatik. Terlebih, batasi mereka dengan surga
neraka. Iming-iming dengan segala keabadian.Jika semua berjalan lancar, kalian
tak usah berdarah-darah untuk sekedar berenang di lautan darah. Kalau kalian
masih bingung, bersabarlah. Strategi perang yang membelah lautan manusia bakal
dilakukan seorang manusia dengan nama Musa. Tunggu saja masa itu. Tapi ingat,
bakal ada dua Musa yang sakti. Satu bernama Musa Samiri dan itu abaikan. Tunggu
saja manusia bernama Musa di gunung Turisina sebab Tuhan tidak memberi tahu
diriku akan waktu tepatnya, hanya historikal cerita. Berangkatlah, restuku
untuk kalian semua.” Kata Iblis panjang lebar menjelaskan strategi perang pada
para setan. Selang berapa tahun, mereka gembira dengan peperangan antara Qabil
dan Habil. Mereka melihat darah.
Pada
setan yang tersisa dan bersiap menerima ilmu semedi, Iblis berkata lirih: “Dengarkan
baik-baik. Dunia ini sebenarnya palsu. Hanya ilusi tapi begitu nyata di mata.
Jika kita lihat dengan mata tubuh, kita melihat dunia ini sangat besar dan kita
sangatlah kecil. Tapi, jika kita lihat dengan mata hati, dunia ini bagian dari
tubuh kita dan besarnya tak melebihi puting susu. Kita melihat tubuh kita
adalah semesta. Dan itulah dunia yang sebenarnya. Cara memasukinya tak mudah,
kita harus meninggalkan segala rasa. Kita memasuki ruang panjang dengan pasrah.
Bentuknya semacam lorong tapi sangat gelap, seolah tak berbatas. Masuk saja. Jangan
takut. Di setiap lapisan tempat, kalian akan temukan wujud kalian yang lain dan
memberi kalian nasehat-nasehat. Di ujung lapisan, kalian takkan menemukan wujud
apapun dan hanya mendapat sambutan hangat ‘Selamat datang kembali. Akhirnya kau
pulang’. Lalu, tak usah kuteruskan, kalian ukir sendiri cerita cinta kalian”.
Mereka
kemudian memejamkan mata bersama-sama dan membuka mata hati, memasuki ruang dan
waktu yang belum mereka mengerti. Tak ada lagi pertanyaan, mereka menemukan
guru dalam diri. Sampai sekarang pun mereka masih “tersesat” dalam diri sendiri
kecuali Iblis. Ia bangun dari Semedi dan menulis surat pada Tuhan tercintanya:
“Oh
kekasih, aku baru mengerti semua maksudmu. Maafkan aku, membutuhkan waktu
ratusan juta tahun untuk sekedar pemahaman cinta. Manusia-manusia sebenarnya
menyesatkan diri mereka sendiri dan aku harus 'menyesatkan' mereka kembali
pada-Mu. Dengan kata lain, aku membantu mereka tersesat di jalan yang benar.
Engkau hanya menguji cintaku. Aku baru paham itu. Manusia adalah ujian untukku.
Terima kasih, Engkau sangat romantis, Han.”
Sekarang
Iblis benar-benar mengerti kenapa ia diusir dan untuk apa manusia diciptakan;
menguji cinta Iblis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar