Jumat, 02 Oktober 2015

Najwah Shihab: Aku Gak Minta Foto Bareng Tetapi Kata-Kata Saja


Kamis pagi, di hari Kesaktian Pancasila, aku nikmati kuliah pagi dengan Cleopatra, gadis cantik di Mesir ratusan tahun sebelum masehi, dengan perantara G. Bernard Shaw dan Manda Milawati Atmojo. Ia dibukukan dalam Cleopatra (2002, cetakan III) dan diterbitkan Avyrouz, Yogyakarta. Di sela-sela obrolan, seorang teman berbisik informasi tentang Najwa Shihab “Gak ikut acara Meet and Greet Najwa Shihab di UMM ta? Bayar 50 ribu, dapat buku.” Aku tertarik untuk mengetahui informasi lebih banyak. Aku berbisik menukarkan kalimat tanya dengan kalimat jawaban. Aku dapatkan cukup informasi. Aku putuskan untuk ikut meskipun artinya aku akan merelakan satu mata kuliah.
Aku segera kembali ke kamar untuk mengedit tulisan-tulisan Aksara, buletin sinau mingguan, edisi kedua. Jam 15.00 disepakati teman-teman Detak Aksara untuk berkumpul di Taman Merjosari dalam rangka menunaikan ibadah sinau. Jam 12.00, aku berangkat ke UMM untuk bertemu kekasih baru, Najwa Shihab, dengan penulis buku Mata Najwa Mantra Layar Kaca (2015, cetakan II), Fenty Effendy. Buku berisi cerita perjalanan lima tahun Mata Najwa. Aku merasa buku itu yang memanggilku, bukan Mbak Nana (sapaan akrab Najwa Shihab) atau pun Mbak Fenty.
Acara berlangsung seru. Ada gelak tawa dan tepuk meriah. Juga ada kilatan kamera. Bahkan dalam sesi tanya jawab, saat Mbak Nana mendekati hadirin, ada yang memaksakan diri untuk ber-selfie bersamanya. Akhirnya acara selesai. Mbak Nana dan Mbak Fenty sibuk memberikan tanda tangan pada peminta. Setelah tanda tangan, ada yang meminta berfoto dan tentu ber-selfie. Giliranku tiba, terjadilah percakapan:
Mbak Nana: Hai, siapa namanya?
Aku: Kancil Mbak. Aku gak minta foto bareng Mbak tapi aku minta kata-kata dari sampean saja.
Mbak Nana: Baik. Kancil kuliah di mana? Jurusan apa?
Aku: Unisma, Universitas Islam Malang, jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
Mbak Nana: Ok. “Untuk Kancil, semoga berani bermimpi
Aku: Loh Mbak kok disuruh jadi pemimpi, tukang tidur?
Mbak Nana: Haha, iya tak tambahin “dan berkarya untuk negeri!”
Aku: Lah ini baru bener
Mbak Nana: Kancil, sampai ketemu Sabtu besok di Batu ya?
Aku: Iya Mbak. (dalam hati menggerutu ‘waduh, aku belum daftar yang di Batu. Aku tak merasa terpanggil’)
Aku menjabatnya “Terima kasih Mbak”. “Iya Kancil, sama-sama”. Lalu aku mengantri ke Mbak Fenty. Obrolan singkat terjadi, beliau menawariku dua tulisan “Semoga jadi penulis” atau “Semoga cepat lulus”. Tentu aku memeilih yang pertama. Akhirnya beliau menuliskan “Buat Kancil semoga jadi penulis andal!”. Sebelum pergi, kukasihkan buletin edisi perdana Aksara kepada beliau “Ini kami belajar menulis, kalau mau menyapa teman-teman bisa kirim ke email redaksi”. Beliau tersenyum seraya berkata “iya. Baik.” Tetapi aku ragu, apakah beliau akan benar mengirim kalimat sapa ke email yang tertera. Entahlah, aku tak mau berharap. Jika Aksara memanggilnya, tentu ia akan mengirim tulisan. Yang terpenting, aku sudah menghormati teman-teman yang menyumbangkan tulisan sebagai pondasi pendirian Detak Aksara dalam buletin Aksara. Aksara sudah sampai di tangan Uun Nurcahyanti, pengampuh kelas Bahasa Pare, Bandung Mawardi, pengasuh Jagat Abjad Surakarta, dan Fenty Effendy, penulis Mata Najwa Mantra Layar Kaca.
Sorenya, aku menghadirkan tubuh dan pikiranku di Taman Merjosari bersama teman-teman Detak Aksara. Kusampaikan penghormatanku pada tulisan mereka. Semoga menjadi tambahan semangat teman-teman untuk terus menulis. Akhirnya, selamat menulis. Perjalanan kita masih panjang dan lama
Malang, 02 Oktober 2015